hapus air matamu, mak
23 Januari 2011 pukul 20:06
tempat ini terasa sunyi
tak segalau ketika emak mulai memaki
tak ada keributan diantara kedua bocah yang berebut remote tv
tak ada keluhan emak yang menyakitkan hati
tempat ini masih sunyi
tak pula secerah esok tadi
mungkin emak lupa menyalakan lampunya
atau terlalu lelah dengan pekerjaannya
hingga ia memilih tidur tanpa memerdulikan rumah tuannya
isak tangis yang terdengar membuat langkahku berhenti
kudekap erat jilbabku yang bergoyang oleh angin malam
ku dengarkan sayup-sayup terisak yang lirih meronta
ku langkahkan kaki kecilku
menghampiri isak tangis yang memilu
dan kudapati emak membisu
tatapannya kosong, dengan airmata menggenang di pelupuk mata
di bawah sinar rembulan yang menyinari wajahnya
emak memakiku
dengan makian yang tak biasa emak lakukan
emak menatapku tajam
lalu pergi menghilang
mak,
aku tau air mata itu
aku tau raut kesedihanmu
aku tau apa yang kau pendam dalam hatimu
dan aku tau
wajahku ini yang mengingatkanmu dengan anak-cucumu
meski kau maki aku
meski kau hujani aku dengan sejuta kemarahanmu
itu karena kerinduanmu pada anak cucumu
Mak,
tersenyumlah untuk anak-cucumu
yang selalu menantimu hingga ujung waktu
dimana engkau ada disaat mereka merindukanmu
Mak,
tetaplah tabah bersama waktu
dengan segenap kekuatan yang kau miliki, engkaulah wanita perkasa untuk anak-cucumu
Mak,
aku sangat ingin membuatmu bertahan dengan kegigihanmu,
bergulat dengan tangis demi anak-mu,
namun aku hanya dapat tersenyum,
bahwa kau memang ibu terbaik untuk anak-cucumu yang selalu setia mengunngumu
Mak,
ingin rasanya kujumpai anak2mu disana
beri kabar bahwa kau baik2 saja
dan ingin segera bertemu mereka
Mak,
aku tau airmatamu itu
bila kau rindukan anak cucumu, titipkan slam rindumu lewat sujudmu
Lewat doa yang kau kirimkan untuk anak cucumu
Agar kelak kalian bissa bertemu, dengan kebahagiaan tiada tara di pelupuk matamu
Untuk seorang ibu yang jauh dari anak-anaknya
tanpa kau tutupi, aku tau air mata itu
tak segalau ketika emak mulai memaki
tak ada keributan diantara kedua bocah yang berebut remote tv
tak ada keluhan emak yang menyakitkan hati
tempat ini masih sunyi
tak pula secerah esok tadi
mungkin emak lupa menyalakan lampunya
atau terlalu lelah dengan pekerjaannya
hingga ia memilih tidur tanpa memerdulikan rumah tuannya
isak tangis yang terdengar membuat langkahku berhenti
kudekap erat jilbabku yang bergoyang oleh angin malam
ku dengarkan sayup-sayup terisak yang lirih meronta
ku langkahkan kaki kecilku
menghampiri isak tangis yang memilu
dan kudapati emak membisu
tatapannya kosong, dengan airmata menggenang di pelupuk mata
di bawah sinar rembulan yang menyinari wajahnya
emak memakiku
dengan makian yang tak biasa emak lakukan
emak menatapku tajam
lalu pergi menghilang
mak,
aku tau air mata itu
aku tau raut kesedihanmu
aku tau apa yang kau pendam dalam hatimu
dan aku tau
wajahku ini yang mengingatkanmu dengan anak-cucumu
meski kau maki aku
meski kau hujani aku dengan sejuta kemarahanmu
itu karena kerinduanmu pada anak cucumu
Mak,
tersenyumlah untuk anak-cucumu
yang selalu menantimu hingga ujung waktu
dimana engkau ada disaat mereka merindukanmu
Mak,
tetaplah tabah bersama waktu
dengan segenap kekuatan yang kau miliki, engkaulah wanita perkasa untuk anak-cucumu
Mak,
aku sangat ingin membuatmu bertahan dengan kegigihanmu,
bergulat dengan tangis demi anak-mu,
namun aku hanya dapat tersenyum,
bahwa kau memang ibu terbaik untuk anak-cucumu yang selalu setia mengunngumu
Mak,
ingin rasanya kujumpai anak2mu disana
beri kabar bahwa kau baik2 saja
dan ingin segera bertemu mereka
Mak,
aku tau airmatamu itu
bila kau rindukan anak cucumu, titipkan slam rindumu lewat sujudmu
Lewat doa yang kau kirimkan untuk anak cucumu
Agar kelak kalian bissa bertemu, dengan kebahagiaan tiada tara di pelupuk matamu
Untuk seorang ibu yang jauh dari anak-anaknya
tanpa kau tutupi, aku tau air mata itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar