Pages

Jumat, 15 November 2013

ikatlah ia dengan tinta emasmu

lagi, semilir angin berhembus pelan membelai kerudung kami satu persatu. awan mendung nampak semakin menggelap dari dalam mushola yang masih 'ramai' oleh lingkaran-lingkaran kecil majlis ta'lim yang semuanya adalah akhwat.

aku menggenggam sebuah buku kecil berwarna hitam. buku yang mulai usang, karena sudah lama tak kugunakan. namun begitu, buku inilah yang menjadi saksi bagaimana aku belajar menjadi seorang hambaNya yang mulai mencoba mengerti.

"pada bawa catatan, kan?" tanyaku di tengah-tengah salah satu lingkaran itu.
"oh iya.."
"aduh, lupa.."
"emm, bentar mbak. tasku diluar."
"catet di HP aja ya mbak.."

aku tersenyum, sejenak merapikan posisi dudukku agar lebih nyaman di lingkaran itu. satu persatu 'peserta' lingkaran itu mengambil catatannya masing-masing, kecuali dua orang yang sudah bersiap dengan catatan kecil di tangannya. tak lama, lingkaran itu kembali penuh seperti semula.

"oke, kenapa mbak minta kalian nyatet?"
"ilmu itu ibarat buruan kak. akan lari kalo ga diiket.." seseorang di kananku menjawab dengan mantap, mengulang kata-kataku saat pertama melingkar bersama mereka.
"beneer. ada yang lain?"

mereka sibuk berpikir. lagi-lagi aku tersenyum melihat tingkah mereka. setiap melingkar, mereka begitu semangat mendengarkan, apalagi bertanya. belum sampai selesai pemateri berbicara, segera ada yang 'menyela' (baca: menambahkan ilmu), juga bertanya dan berebut dengan lainnya. tapi sepertinya, mereka belum paham benar makna "Qayyidul 'ilmaa' bil kitaabah" itu bagaimana.

"Oke. adik-adik yang kusayangi karena Alloh, pernah makan krupuk?"
"pernaaaah!" jawab mereka serentak.
"beda ga krupuk di dalem toples sama krupuk yang kelamaan diluar?"
"beda mbak. kelamaan diluar bisa mlempem."
"hehe, yak tuuul. ibaratnya macem krupuk. disini, di dalem "kaleng" ta'lim ini kita semangaaat banget, alhamdulillah. semangat dengerin tausyah, semangat berbagi ilmu. dan jangan sampe ketika diluar nanti, kita justru mlempem. maka, bawa semangat itu ketika kita keluar. simpan semangat itu dalam catatanmu, dengan tinta emasmu, yang suatu hari nanti akan sangat bermanfaat saat kamu baca lagi.."

memoriku mulai berjalan mundur ke masa lalu, kira0kira tiga tahun yang lalu. tepat saat aku baru mulai belajar mengerti, belajar memperbaiki diri, disini, di tempat ini. mereka sama halnya dengan aku dan kawan-kawanku dulu. semangat itu masih terasa hingga kini. meski kemudian, seleksi alam akan mulai berjalan. entah, siapa yang akan mampu bertahan.

meski selama apapun engkau belajar, sepintar apapun engkau dalam ilmu, tetaplah "Tarbiyah madal hayah". belajar, sampai kapanpun. sampai suatu hari engkau kembali. dengan tak lupa mengamalkannya satu persatu. dengan membukukannya dalam catatan indahmu.

simpan, simpan ia dalam kenangan terindahmu. dalam memori yang tak kunjung terkelupas.
setidaknya, ia adalah sarana menuju syurga. ia, ilmu, yang kau miliki, hanyalah setetes air yang keluar dari jarimu saat kau celupkan tanganmu ke dalam samudera. ia hanya setetes, dibanding ilmu Alloh yang luasnya tak terkira.

 Qayyidul ilmaa bil kitaabah. ikatlah ilmu dengan menuliskannya.
terimakasih kepada murabbi, kawan, ustadz, ustadzah, orang tua, yang telah memberikan kontribusi atas  tersampaikannya ilmu dalam diri ini.

Apabila kamu melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?" Nabi Saw menjawab, "Majelis-majelis taklim." (HR. Ath-Thabrani)

semoga bisa istiqomah berilmu, beramal dan mengajarkannya.


Sabtu, 09 November 2013

apa kabar saudariku?

ya, apa kabar saudariku?
masih kuingat jelas senyummu yang dulu.
dulu, karena kini kau begitu rapat menyembunyikannya dariku.
semahal itukah?
entah.

masih kuingat jelas semangatmu dalam berilmu.
semangatmu kala mengingatkan kawan-kawan semasa dulu.
dulu, karena kini kau tahan semangat itu.
entah semangat apa yang kau miliki saat ini, aku tak mengerti.

pun masih kuingat kerinduanmu dalam ukhuwah kita dulu.
beberapa hari tak bertemu, kau rindu.
rindu untuk berkumpul dan bersua karnaNya, bukan begitu?

ah, saudariku.
aku sudah lupa jika itu dulu.
entah setan macam apa yang kini merebutmu dariku.
merebut hatimu dari indahnya ukhuwah ini.

saudariku, aku bahkan tak mengerti.
secepat ini bumi berputar, dan secepat itu imanmu berlalu.

baru kemarin rasanya kau bertanya ini, itu dan kau amalkan sebisamu.
baru tadi rasanya kau minta mamamu tuk cepat-cepat belikan hijab yang baru.
hijab yang Alloh kehendaki.
hijab yang benar-benar melindungimu.
namun tak sampai beberapa hari, kau ganti lagi.

kau berubah.
membekaskan setitik kekecewaan di hati kami.

kau berubah.
bahkan tak sedikitpun merasakan kesedihan kami.

bahkan kau tertawa, karena bisa 'berlepas diri' dari kami.
itukah yang selama ini kau mau?
lalu dimana semangatmu yang dulu?

mungkin benar adanya.
jika Alloh tak menghendaki hidayah pada seorang hamba, tak dapatlah hamba itu merasakannya.

saudariku, kami merindukanmu. dan mencintaimu karna Alloh.
semoga hidayahNya kan menerangi kembali hatimu kini :))


Jumat, 08 November 2013

kau hanya tak mengerti

malam semakin pekat saat aku menuangkan teh hangat di cangkir kecilku.
angin malam melambai pelan meniup kerudung biruku, pertanda bahwa jendela ruang tamu belum ditutup.
pelan tapi pasti kulangkahkan kaki menuju kamar sembari mengambil ponsel yang terletak di meja ruang tamu.
aku tersenyum saat melihat nama seorang teman muncul di hpku, pertanda pesan singkat darinya.
namun tak sampai lima detik, senyumku berubah setelah membaca pesan singkatnya.

**

"kok manyun?" tanya seorang teman saat aku menghampirinya pagi itu. aku terdiam beberapa saat, sampai akhirnya keluarlah perasaanku dalam kata2 yang kulontarkan padanya. dengan tenang dan senyuman, ia menjawab,
"cie.."
 "kok cie?"
"abisnya kamu mellow gitu pas ada masalah sama dia,"
"aduh ci bukan itu masalahnya,"
"trus?"
".."
"ngaku aja, hati ga bisa sembunyi," cici, temanku mulai membuka laptop hitamnya.
"bukan itu ci.. masalahnya, entah kenapa aku selalu serba salah di mata dia. ini bukan soal perasaan merah jambu, apalah itu. ini soal.. em, harga diri, ci.."
"hmm.. iya-iya. cerita lagi deh gimana lengkapnya,"
"awas kalo masih keluar cie-cie lagi,"
"iyaa. ntar yang keluar 'cihuyy'.." cici tertawa lebar, segera kucubit lengannya.
"entah kenapa sama manusia yang satu ini, aku selalu ngerasa diremehin.. bukannya apa-apa, tapi kan ga enak juga,"
"diremehin gimana?" cici mulai mengetik seperti seorang wartawan yang baru mendapat berita.
"hmm.. pernah, dulu aku diingetin sama beliau, dan akunya ga masalah. trus kemarin gantian ku ingetin beliau dengan kata-kata yang sama kayak dulu beliau ingetin aku, tapi kok kayaknya beliaunya ga suka gitu,"
"trus?"
"trus setiap aku ngomong, entah itu di forum ato bukan, beliau selalu komentar, seolah-olah ngejudge.. ah pokoknya.. gitu deh."
"perasaanmu aja kali,"
"iya, tapi ngena banget,"
"ga usah terlalu dipikirin,"
"tapi kepikiran teruus,"
"hmm..kadang kita itu ngeliat orang cuma sebagian. cuma di bagian-bagian yang paling berpengaruh ke kita. dan sayangnya, yang kamu liat tuh pengaruh negatifnya," kata cici mulai membijak. ia menutup kembali laptopnya.
"gimana tuh ci?"
"aku liat dia ke kamu ga gitu-gitu amat kok. emang sih kadang kalo ngomong suka nge-jleb, tapi inget ga pas acara *tuuut* dia ngomong apa ke kamu?"
"inget sih.. tapi kayaknya itu cuma sebatas menghibur,"
"ah, nggak juga. trus soal dia bermasalah pas kamu ingetin balik, bisa aja dia lagi ga mood. coba deh diajak ngomong baik-baik, pasti ga gitu lagi kejadiannya. maklumlah orang sibuk dianya, kalo lagi cape mungkin gitu,"
"tapi ci,"
"inget ga pepatah, 'jangan liat orang sebelah mata'? nah itu pepatah juga bisa kamu pake di posisimu sekarang,"
..
"iya juga ya ci,"
semilir angin menepuk wajahku pagi itu. cici tersenyum dan mengacungkan jempol padaku.
"husnudzon sis," katanya.
"oke sis, makasih pencerahannya,"
"senyumnya mana?"
"masih susah ci,"
"yaampun, perlu dibeliin nasi kucing dulu?"
"nah iya, itu maksudnya," tanpa aba-aba akupun memperlihatkan sesimpul senyum. cici segera menarik tanganku dan berjalan ke arah warung nasi terdekat.

**

mungkin bener kata cici, yang kita pikirin belum tentu semuanya benar. ibarat lagi nyetak foto di tempat orang dan ada satu bagian yang rusak, kita malah fokus ke satu bagian yang rusak itu dan ngomel abis-abisan padahal masih banyak bagian yang bagus juga.

apapun keadaannya, baik kita di posisi yang 'di-bully' ato orang lain yang 'ke-bully', keep husnudzon. hehehe :))