Pages

Jumat, 08 November 2013

kau hanya tak mengerti

malam semakin pekat saat aku menuangkan teh hangat di cangkir kecilku.
angin malam melambai pelan meniup kerudung biruku, pertanda bahwa jendela ruang tamu belum ditutup.
pelan tapi pasti kulangkahkan kaki menuju kamar sembari mengambil ponsel yang terletak di meja ruang tamu.
aku tersenyum saat melihat nama seorang teman muncul di hpku, pertanda pesan singkat darinya.
namun tak sampai lima detik, senyumku berubah setelah membaca pesan singkatnya.

**

"kok manyun?" tanya seorang teman saat aku menghampirinya pagi itu. aku terdiam beberapa saat, sampai akhirnya keluarlah perasaanku dalam kata2 yang kulontarkan padanya. dengan tenang dan senyuman, ia menjawab,
"cie.."
 "kok cie?"
"abisnya kamu mellow gitu pas ada masalah sama dia,"
"aduh ci bukan itu masalahnya,"
"trus?"
".."
"ngaku aja, hati ga bisa sembunyi," cici, temanku mulai membuka laptop hitamnya.
"bukan itu ci.. masalahnya, entah kenapa aku selalu serba salah di mata dia. ini bukan soal perasaan merah jambu, apalah itu. ini soal.. em, harga diri, ci.."
"hmm.. iya-iya. cerita lagi deh gimana lengkapnya,"
"awas kalo masih keluar cie-cie lagi,"
"iyaa. ntar yang keluar 'cihuyy'.." cici tertawa lebar, segera kucubit lengannya.
"entah kenapa sama manusia yang satu ini, aku selalu ngerasa diremehin.. bukannya apa-apa, tapi kan ga enak juga,"
"diremehin gimana?" cici mulai mengetik seperti seorang wartawan yang baru mendapat berita.
"hmm.. pernah, dulu aku diingetin sama beliau, dan akunya ga masalah. trus kemarin gantian ku ingetin beliau dengan kata-kata yang sama kayak dulu beliau ingetin aku, tapi kok kayaknya beliaunya ga suka gitu,"
"trus?"
"trus setiap aku ngomong, entah itu di forum ato bukan, beliau selalu komentar, seolah-olah ngejudge.. ah pokoknya.. gitu deh."
"perasaanmu aja kali,"
"iya, tapi ngena banget,"
"ga usah terlalu dipikirin,"
"tapi kepikiran teruus,"
"hmm..kadang kita itu ngeliat orang cuma sebagian. cuma di bagian-bagian yang paling berpengaruh ke kita. dan sayangnya, yang kamu liat tuh pengaruh negatifnya," kata cici mulai membijak. ia menutup kembali laptopnya.
"gimana tuh ci?"
"aku liat dia ke kamu ga gitu-gitu amat kok. emang sih kadang kalo ngomong suka nge-jleb, tapi inget ga pas acara *tuuut* dia ngomong apa ke kamu?"
"inget sih.. tapi kayaknya itu cuma sebatas menghibur,"
"ah, nggak juga. trus soal dia bermasalah pas kamu ingetin balik, bisa aja dia lagi ga mood. coba deh diajak ngomong baik-baik, pasti ga gitu lagi kejadiannya. maklumlah orang sibuk dianya, kalo lagi cape mungkin gitu,"
"tapi ci,"
"inget ga pepatah, 'jangan liat orang sebelah mata'? nah itu pepatah juga bisa kamu pake di posisimu sekarang,"
..
"iya juga ya ci,"
semilir angin menepuk wajahku pagi itu. cici tersenyum dan mengacungkan jempol padaku.
"husnudzon sis," katanya.
"oke sis, makasih pencerahannya,"
"senyumnya mana?"
"masih susah ci,"
"yaampun, perlu dibeliin nasi kucing dulu?"
"nah iya, itu maksudnya," tanpa aba-aba akupun memperlihatkan sesimpul senyum. cici segera menarik tanganku dan berjalan ke arah warung nasi terdekat.

**

mungkin bener kata cici, yang kita pikirin belum tentu semuanya benar. ibarat lagi nyetak foto di tempat orang dan ada satu bagian yang rusak, kita malah fokus ke satu bagian yang rusak itu dan ngomel abis-abisan padahal masih banyak bagian yang bagus juga.

apapun keadaannya, baik kita di posisi yang 'di-bully' ato orang lain yang 'ke-bully', keep husnudzon. hehehe :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar