Pages

Selasa, 12 Maret 2013

Sebatang Rokok Lama

entah bagaimana ia menghabiskan masa muda dengan sebatang rokok di mulutnya.
sebatang rokok yang dihisapnya setiap hari, semakin hari, mengendap dibalik dada, zat-zat kimia yang katanya berbahaya.
hingga ketika ia beranjak dewasa, sakit itu menimpanya, terpaksa ia berhenti dari rutinitas bersama sebatang rokoknya.

sampai tiba saatnya, seorang gadis kecil lahir ke dunia. gadis kecil, putri pertamanya yang telah dinanti sekian lama. ia tumbuh seperti biasa, seperti anak-anak yang lain. namun ia lemah. karena sebatang rokok memberi beban dalam hidupnya.

gadis itu tumbuh dengan penyakit di dadanya. entah apa namanya, sesak yang ia rasa. sejak kecil ia sakit-sakitan, dan setiap ia sakit ayahnya selalu ijin dari kantor.. sampai-sampai, teman-teman kerjanya hafal.. "anakmu sakit lagi?" begitu katanya.

namun ayah tak pernah mengajaknya bicara. pernah, hanya sebentar dan saat-saat penting. duduk bersama untuk mengobrolpun hanya saat-saat tertentu yang ia rasa. ayah tak pernah tersenyum padanya, entah malu atau apa. tapi kepada anak-anak kecil, ia begitu penyayang. ayahlah orang yang paling dirindukan anak-anak dirumah itu.

setiap gadis itu sakit, ayah yang paling panik. ayah yang dingin, sangat dingin, tiba-tiba menjadi sangat lembut ketika anak sulungnya itu kambuh. entah, mungkin merasa bersalah. karena kata dokter, penyakit anaknya adalah penyakit keturunan.

setiap bulan bahkan setiap hari, obat-obatan kimia terus diminumnya, demi kesembuhan yang selama ini didamba. namun hari demi hari, sampai ia beranjak dewasa, sakit itu masih ia derita, kambuh saat ia mencoba untuk sembuh. kambuh saat ia berusaha untuk melawan segala keterbatasannya.

gadis itu, ia tak mau menyalahkan siapapun. ia tak ingin menyesali masa lalu ayahnya. ia tak ingin marah padanya. karena sedingin apapun ayahnya, ayah yang paling berjuang untuk gadis itu sembuh, bagaimanapun caranya.

"Ayah, aku tak butuh obat-obat kimia yang bisa kau beli. Sudah banyak obat yang kuminum, tapi masih saja begini. Ayah, mungkin satu permintaanku ini adalah obat jika kau mau menurutinya. Ayah, jadilah imam di setiap sholatku, sampai akhir nafasku.."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar